Google Website Translator Gadget

Kamis, 03 November 2011

Ruwatan Rambut Gembel


Rambut gembel di Wonosobo, Jawa Tengah, bisa dilihat sebagai sebuah fenomena unik. Beberapa sumber lisan menyebutkan rambut gembel hanya terjadi pada anak-anak Wonosobo dan sekitarnya. Sedang kajian peneliti tak banyak karena minimnya literatur yang membahas tema ini. Tradisi lisan yang masih menggenggam erat.
Masyarakat Wonosobo percaya bahwa rambut gembel bukan karena faktor keturunan karena bisa tumbuh pada siapa saja. Disebut rambut gembel karena model rambutnya mirip gelandangan yang tidak pernah mencuci rambut, tapi di Wonosobo rambut gembel muncul secara alami. Ketika rambut gembel akan tumbuh --begitulah kata para sumber-sumber lisan-- biasanya anak terserang panas yang tinggi selama beberapa hari. Setelah itu, beberapa helai rambutnya menjadi kusut dan menyatu. Dan anak yang berambut gembel harus diruwat melalui sebuah perayaan ritual; ruwatan rambut gembel.

Mitos Rambut Gembel
 
Masyarakat Wonosobo percaya bahwa anak yang berambut gembel merupakan keturunan Ki Kaladete, yang diyakini merupakan salah satu dari 3 pendiri kota Wonosobo. Berbagai mitos memang melatarbelakangi rambut gembel. Ada yang menyebut rambut ini merupakan rambut Kurawa yang hidup di alam para dewa, lalu secara turun-temurun tumbuh kepada anak cucunya hingga Ki Kaladete, yang hidup di alam manusia.
Versi lain menyebutkan suatu kali Ki Kaladete bersumpah tidak akan memotong rambutnya dan tidak akan mandi sebelum desa menjadi makmur dan sejahtera. Kelak kalau keturunannya mempunyai ciri rambut gembel, ini menjadi pertanda desanya akan mengalami kemakmuran.
Ada banyak mitos lain; anak berambut gembel merupakan anak kesayangan Nyi Roro Kidul, penguasa Pantai Selatan. Dan masyarakat Wonosobo memang masih sering ikut ritual-ritual yang dilakukan oleh keraton Yogyakarta untuk Nyi Roro Kidul. Sementara yang lain menyebutkan anak rambut gembel merupakan anak titisan Keling yang menjadi anak kesayangan ”dayang” yang mendiami kawasan Dieng.
Orang tua yang memiliki anak berambut gembel harus memperlakukan anaknya secara istimewa karena bisa mendatangkan rejeki. Jika tidak maka akan terjadi malapetaka. Khususnya ketika anak akan diruwat, orangtua harus memenuhi segala permintaan, yang harus dibawa ketika ruwatan berlangsung. Jika permintaan tersebut tidak dipenuhi maka akan mengalami sakit-sakitan, bahkan bisa berujung kematian dan orangtuanya pun akan mengalami malapetaka.          
                             
Ritual ruwatan dimulai dengan memandikan anak berambut gembel dahulu oleh dukun pemimpin upacara. Air untuk memandikan biasanya diambil dari tempat-tempat keramat --di daerah Dieng air tersebut diambil dari Gua Sumur. Ada banyak perlengkapan yang dibutuhkan dalam ruwatan. Barangkali di setiap daerah memiliki perbedaan. Tapi unsur penting dalam sesaji adalah kepala kambing, ingkung ayam, nasi tumpeng, bunga mawar, jajan pasar, bubur merah putih dan buah-buahan. Sesaji tersebut biasanya berwujud tumpeng yang dihias oleh buah-buahan dan jajanan pasar. Nasi tumpeng tersebut melambangkan kepala, sedangkan untaian buah-buahan dianggap sebagai rambut gembel.
Sebelum pemotongan rambut gembel ada 2 ritual penting. Pertama --setelah dukun berdoa, diadakanlah upacara yang lazim disebut tradisi Andha Kencana (ondo langit). Dalam upacara ini si anak diminta menaiki sebuah tangga yang terbuat dari tebu ireng dan anak tangganya dari buah pisang raja. Harapannya si anak mendapatkan pekerjaan yang mulia.
Kedua, upacara midhang. Dalam upacara ini si anak mengelilingi sesaji, lalu dia mengambil makanan kesukaannya yang terhidang di sesaji. Harapannya si anak dapat mencari penghasilan hidup sendiri. Setelah upacara tersebut selesai, ruwatan dilanjutkan dengan ritual cukur rambut. Ritual dimulai dengan memasukkan cincin ke setiap helai rambut gembel dan sang dukun mencukurnya satu per satu. Rambut yang telah dicukur tersebut dibungkus dengan kain putih, kemudian dilarung di sungai atau telaga.

Paham Keselamatan

Dengan ruwatan rambut gembel, maka bencana sudah dibuang dan si anak menjadi sumber berkah bagi masyarakat sekitarnya, seperti leluhurnya Ki Kaladete.
Situasi selamat dalam ruwatan rambut gembel tercapai jika rambut gembel si anak tidak tumbuh lagi dan dia tumbuh menjadi anak yang tidak sakit-sakitan lagi.
Sedangkan, situasi tidak selamat terjadi ketika si anak menjadi sakit-sakitan, bahkan bisa berujung pada kematian. Namun, apabila dia tetap diruwat tanpa permintaannya sendiri --dan syaratnya tidak dipenuhi-- dia pun tetap tidak selamat dengan pertanda rambut gembel akan tumbuh lagi dan akan kembali sakit-sakitan. Seharusnya anak tersebut yang menghendaki, sedang keluarga yang mengusahakan, sementara sang pemimpin upacara meminta restu dari Kaladete, Nyi Roro Kidul dan roh-roh penunggu sebab begitulah kisah dari para sumber lisan, ketika tak banyak kajian ilmiah tertulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar